DuaGaris Biru menceritakan pentingnya pendidikan seks terutama bahaya akan seks bebas. Dalam film yang dirilis pada 2019 lalu ini juga menjelaskan realitas pernikahan dini yang masih dianggap tabu sebagian kalangan masyarakat Indonesia. Pemain film Dua Garis Biru Angga Yunanda, Zara JKT 48, dan Rachel Amanda berpose saat berkunjung di kantor
Berikutbeberapa nilai-nilai moral yang dapat kita ambil dari film Dua Garis Biru : Advertisement. 1. Sebaik apapun citra sebuah keluarga dan sebaik apapun didikan orang tua terhadap anaknya, bukan jaminan anak untuk tidak melakukan seks di luar nikah. citra keluarga yang baik belum tentu anaknya mengikuti via https://www.hipwee.com.
digunakanadalah novel Dua Garis Biru karya Lucia Priandarini dan Gina S. Noer dengan menggunakan teknik pengumpulan data secara baca, dokumentasi dan catat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil ekranisasi novel ke bentuk film Dua Garis Biru menggunakan kajian ekranisasi, dihasilkan tujuh puluh lima data dan sembilan belas gambar.
TEMPOCO, Jakarta - Dalam film Dua Garis Biru, Dara dan Bima adalah dua tokoh utama kita. Pasangan ini tipikal dua remaja yang jatuh cinta pada umumnya. Ke mana-mana bersama, saling membela, dan tak ragu menunjukkan perhatian di depan teman-temannya. Ajakan Dara kepada Bima untuk ikut pulang ke rumahnya pada suatu hari, menjadi titik mula
Meskipunbegitu, saya merasa jalannya novel ini terasa sangat cepat. Yah, Dua Garis Biru hanya setebal 208 halaman saja. Saya baca sebentar, masuk klimaks, eh kok sudah selesai aja. Andai saja kehidupan Dara dan Bima selepas mereka memutuskan untuk bersama lebih digali lagi, menurut saya akan lebih menarik.
AssalamualaikumNama AA MaulanaKelas: XI Mipa 5Di video ini yaitu tentang meresensi sebuah buku novel yang berjudul dua garis biru dan juga isi, kelebihan, k
Jakarta- Gramedia Pustaka Utama (GPU) menerbitkan novel ' Dua Garis Biru '. Cerita yang dinovelisasi oleh Lucia Prioandarini bakal rilis pada 22 Juli 2019 mendatang. Sudah nonton film Dua Garis Biru? Yuk resapi kisah Dara & Bima dalam medium yang berbeda, kali ini dengan membaca," tulis GPU, dilihat detikHOT, Senin (15/7/2019).
FilmDua Garis Biru baru saja dirilis pada tanggal 11 Juli kemarin. Film garapan sutradara Gina S. Noer tersebut berhasil mematahkan reaksi negatif segelintir orang yang menganggap film tersebut terlalu gamblang menceritakan dinamika persoalan remaja. Padahal, film tersebut diangkat dari permasalahan yang kerap terjadi di sekeliling kita, yaitu permasalahan pernikahan dini.
ResensiBuku: Dua Garis Biru. Republika.co.id. REPUBLIKA.ID. Ihram. RepJabar.co.id. RepJogja. Retizen. Judul: Dua Garis Biru Pengarang: Lucia Priandarini dan Gina S. Noer Tahun 2019 ia berkolaborasi dengan Gina untuk menulis novel adaptasi film â Dua Garis Biruâ . Buku ini membawa sebuah cerita tentang bagaimana jika sebuah hubungan
WhwV. Jakarta - Gramedia Pustaka Utama GPU menerbitkan novel 'Dua Garis Biru'. Cerita yang dinovelisasi oleh Lucia Prioandarini bakal rilis pada 22 Juli 2019 mendatang."Dua Garis BiruPenulis Gina S. Noer skenario & Lucia Priandarini novel 👫Sudah nonton film Dua Garis Biru? Yuk resapi kisah Dara & Bima dalam medium yang berbeda, kali ini dengan membaca," tulis GPU, dilihat detikHOT, Senin 15/7/2019.Novelisasi 'Dua Garis Biru', tulis GPU, dapat menjadi obat rindu ketika kangen dengan dialog-dialog seperti dalam film. Serta alur cerita dan pengembangan karakter tokohnya. "Film dan bukunya sama-sama bikin banjir air mata," tulis GPU lagi.'Dua Garis Biru' membawa cerita bagaimana bila sebuah hubungan pacaran di kalangan remaja bisa melampaui batas. Kisah dalam 'Dua Garis Biru' menjadi cerminan bagi kehidupan remaja zaman sekarang yang tak lagi punya yang terbilang unik tersebut menjadi pertimbangan pihak editor GPU untuk merilisnya dalam bentuk novel."Pihak GPU menovelisasi 'Dua Garis Biru' karena selain ceritanya yang memang bagus, ada juga sisi edukasinya di sana," ujar Editor Senior bidang Fiksi Remaja GPU, Vera Kresna. Simak Video "LOONA Menang Atas Blockberry Creative di Pengadilan" [GambasVideo 20detik] tia/doc
NU Online Jombang, Sebuah film berjudul Dua Garis Biru hasil garapan sutradara Retna Ginanti S. Noer yang sukses rilis di seluruh bioskop Indonesia pada tanggal 11 Juli 2019 dengan durasi waktu 113 menit. Film ini cukup meninggalkan bekas mendalam bagi para penontonnya. Mengapa? Film yang menceritakan tentang kehamilan dini seorang gadis bernama Dara ini, berhasil memunculkan rasa pilu dalam setiap adegan dan dialog yang dimunculkan. Perasaan penonton mulai diuji ketika tokoh Dara dan Bima harus mengalami pergulatan batin dalam menyambut buah hati dan resminya mereka sebagai orang tua di usia yang masih sangat dini. Film yang dibintangi oleh Angga Aldi Yunanda sebagai Bima dengan lawan mainnya Adhisty Zara yang berperan sebagai Dara ini cukup bisa mengaduk hati penonton. Mereka dikisahkan sebagai sepasang remaja yang duduk di bangku SMA dengan kisah percintaan yang dipenuhi dengan canda, tawa serta romansa anak sekolahan. Uniknya, kisah cinta yang didukung teman serta keluarga ini justru menuai konflik akibat hubungan yang terlampau bebas. Suatu kali, Dara mengajak Bima untuk berkunjung ke rumahnya. Tadinya mereka hanya bermain dan bersenda gurau. Namun, situasi rumah yang sepi dan keberadaan mereka di kamar membuat keduanya dilanda kasmaran. Singkatnya, Dara mengalami gejala hamil dan Bima pun mencoba untuk membelikan Dara sebuah testpack, hasilnya jelas dua garis. Dara positif hamil. Kelebihan Film Film berjudul Dua Garis Biru ini menjelaskan tentang bagaimana sex education sangat penting diberikan pada anak sekolah, khususnya usia remaja. Dua Garis Biru ini juga dapat menjadi wadah untuk berdiskusi tentang pernikahan dini yang masih dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia. Dengan melihat film ini, orang tua bisa mulai mengajak anak mereka berdiskusi tentang bahaya pergaulan bebas dan pentingnya menjaga diri. Selain itu, karena dikemas apik di genre romantic comedy, film ini bisa mengundang gelak tawa penonton sekaligus menguras emosi. Film ini menjelaskan tentang mengapa seks bebas itu dilarang. Selain dilarang dari segi agama, seks bebas juga tidak akan menguntungkan kedua belah pihak. Baik dari sisi laki-laki maupun perempuan akan dirugikan. Adanya kritik sosial yang diarahkan kepada keluarga Bima yang berasal dari keluarga agamis, seolah menjelaskan bahwa nilai agama saja tidak cukup untuk membuat remaja menjauhi zina. Saran Film ini sangat baik untuk ditonton oleh kalangan remaja misalnya seperti para pelajar yang berusia sekitar 15-18 tahun. Terlebih lagi untuk orang dewasa ataupun orang tua. Terdapat banyak adegan dalam film yang dapat dijadikan panutan bagi semua orang, seperti sex education dan cara memberikan solusi atau saran bagi anak-anak agar terhindar dari namanya hamil di luar nikah. Diharapkan semua adegan tersebut dapat dijadikan sebagai pembelajaran dan ditelaah mana hal yang baik untuk dilakukan dan hal yang tidak baik. Identitas Film Judul Dua Garis Biru Tanggal rilis 11 Juli 2019 Indonesia Sutradara Ginatri S. Noer Penghargaan Festival Film Bandung untuk Film Bioskop Terpuji, lainnya Produser Chand Parwez Servia, Fiaz Servia Skenario Ginatri S. Noer Perusahaan produksi Kharisma Starvision Plus, Wahana Kreator Oleh Zahrotusshafa Isnaini Siswa Kelas XI IPS3 Program Unggulan MAN 3 Jombang
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Novel Dua Garis Biru merupakan novel karangan Gina S Noer, novel ini menceritakan tentang kisah sepasang anak SMA yang terlibat pergaulan bebas diluar pernikahan. Novel ini dibintangi oleh Zara Adhisty sebagai Dara dan Angga Yunanda sebagai Bima, keduanya merupakan tokoh utama di novel ini dimulai ketika Bima dan Dara merupakan sepasang kekasih saat bersekolah di SMA. Mereka sepasang kekasih yang terlihat sangat dekat, selalu menghabiskan waktu bersama di sekolah maupun diluar sekolah. Hingga pada suatu ketika mereka melakukan hubungan seks, yang mengakibatkan Dara hamil saat masih duduk dibangku SMA. Sejak saat itu hidup Dara dan Bima menjadi kelam, dipenuhi pertengkaran. Novel karya Gina S Noer ini memang tak diragukan lagi dalam memoles kisahnya, berurutan, mengalir begitu saja membuat pembaca mengalami sendiri bahkan seakan tampil sebagai Bima dan Dara. Kisahnya sangat "related" dengan kejadian saat ini marak terjadi di sebagian wilayah di negeri ini. Bagaimana Gina S Noer menyajikannya menitipkan pesan-pesan moralnya melalui tokoh Bima dan Dara untuk "jleb" di hati para ini sangat menginspirasi banyak orang terutama dapat menjadi pelajaran untuk para remaja,ide cerita,dialog,semuanya pas tidak asal,memberikan pesan-pesan tersurat dan tersirat untuk para pembaca. Kita dibuat terbawa dengan alur dan konflik cerita yang dialami para karakter, karena konfliknya sangat relate bagi remaja dan orang tua. Disisi lain,dalam novel ini banyak dialog yang terlalu memicu kepada pornografi, ada kata yang kurang dipahami dan alur cerita yang menggantung. Lihat Humaniora Selengkapnya